Kemarin saya mendengar podcast Kepo Buku yang memang saya follow di aplikasi Spotify, kebetulan mereka sedang membahas oleh-oleh Mas Steven yang baru mengikuti Ubud Writers and Readers Festival. Beliau membahas beberapa obrolan bersama penulis yang sempat ia temui. Salah satunya yang saya suka adalah pernyataan mas Henry Manampiring, penulis buku populer Filosofi Teras. Katanya kalau menulis itu tidak menunggu motivasi. Menulis jangan pakai motivasi, karena tidak relevan. Menulis itu adalah disiplin dan komitmen. Jadi beliau menerapkan jadwal menulis setiap harinya, meskipun sedang malas, tetap saja tulis.

Jadi menulis adalah soal konsisten bukan berapa banyak ide, bukan berapa lama anda menulis, bukan sudah melanglang buana kemana saja anda juga bukan berapa banyak pengalaman hidup anda. Tetapi menuliskannya, terus menulis, membuatnya jadi agenda nyata dan teratur lah yang membuat tulisan itu ada. Lama-lama akan bertambah perbendaharaan kata, akan berkembang pola penulisan, bertambah sudut pandang, bertambah ide cerita dan tentu saja peningkatan kualitas.
Jadi mari memulai.
Tulislah sesuatu.
Kalau Al Qur’an itu dimulai dengan Iqro, artinya membaca, maka menjadi penulis ya dimulai dengan menulis, atau mengetik agar lebih relevan dengan alatnya.
Padahal profil saya di blog sudah dibuat sedemikian rupa, “sedang mengetik…”. Ini saya anggap penipuan kelas ringan, karena saya dengan tidak sengaja membuat orang menanti hasil ketikannya muncul. Seperti saat chat di platform chatting, kita menunggu balasan dari seberang saat di bawah nama orang tersebut ada keterangan sedang mengetik.
Mudah mudahan saya bisa konsisten dan istiqamah, doa yang sama setiap memulai kembali. Tidak ada salahnya berdoa kan, Allah hanya akan menjadikannya nyata sesuai waktu yang ditentukan. Yang harus manusianya lakukan itu usaha dan doa.

Tinggalkan komentar